Jakarta | Militan – Ketegangan yang memanas antara ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo tampaknya semakin menegangkan, dengan loyalisnya menuduhnya berusaha memecah belah dan mengambil alih partai.
Persaingan antara Jokowi dan Megawati dengan cepat memasuki babak baru dengan eksekutif PDI-P Deddy Yevri Sitorus menuduh bahwa, mantan presiden berusaha untuk mengambil alih partai dari Megawati dalam perlombaan ketua yang akan datang di kongres nasional yang dijadwalkan pada April tahun depan.
Dia menanggapi pertanyaan media tentang laporan bahwa Jokowi telah mencari cara agar PDI-P menggantikan sekretaris jenderal Hasto Kristiyanto, dengan anggota partai yang bersekutu dengan mantan presiden sehingga dia dapat mempengaruhi jalannya perlombaan kepemimpinan. Hasto dikenal sebagai loyalis Megawati dan kritikus vokal Jokowi.
“Kami tidak menyangkalnya. Kami, anggota partai, telah mendengar masalah ini beberapa waktu lalu. Dan tampaknya telah dengan sengaja dihidupkan kembali menjelang kongres nasional partai,” kata Deddy dalam konferensi pers pada hari Kamis (19/12)
Spekulasi tentang Jokowi yang berusaha untuk campur tangan dalam pemilihan ketua partai yang akan datang, pertama kali muncul awal tahun ini ketika pidato Megawati menunjukkan bahwa seseorang merencanakan untuk mencegahnya terpilih kembali dan mengambil alih posisi ketua partai.
Megawati adalah pemimpin partai yang menjabat paling lama di negara ini.
Meskipun awalnya mengklaim telah mempertimbangkan untuk pensiun dari partai, Megawati telah memutuskan untuk mencari pemilihan ulang di kongres partai tahun depan setelah dia diminta oleh anggota PDI-P untuk melanjutkan pemerintahannya.
Dalam acara yang sama minggu lalu, partai tersebut mengungkapkan bahwa Megawati telah memperingatkan semua anggota dan pejabat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap upaya seseorang untuk mencoba memecah belah partai menjelang kongres.
Peringatan itu muncul setelah spanduk yang menyerukan penghapusan Megawati sebagai ketua PDI-P muncul di beberapa lokasi strategis di Jakarta, dengan beberapa di antaranya memuat pesan yang menuduh bahwa kepresidenannya, yang baru-baru ini diperpanjang tanpa pemilihan adalah ilegal.
Spanduk tersebut mengacu pada keputusan Megawati pada bulan Juli untuk memperpanjang kepemimpinannya hingga tahun depan.
Megawati seharusnya mengakhiri masa jabatannya tahun ini.
Jokowi, yang saat itu masih menjadi presiden, dilaporkan tidak senang dengan keputusannya. Dia kemudian memecat menteri hukum dan hak asasi manusia Yasona Laoly, seorang politisi PDI-P lama, yang mengesahkan perpanjangan masa jabatan Megawati dan jajaran baru dewan pusat PDI-P tanpa memberi tahu presiden.
Istana pada saat itu membantah bahwa Jokowi ikut campur dalam struktur organisasi baru PDI-P.
Eksekutif PDI-P Ronny Berty Talapessy, yang bertanggung jawab atas urusan hukum telah menyebut penampilan spanduk sebagai kampanye pencemaran nama baik yang sistematis terhadap ibu pemimpin partai. Dia mengatakan spanduk itu telah membuat marah semua anggota PDI-P.
“Distribusi spanduk dan selebaran adalah upaya yang jelas untuk menciptakan situasi darurat di dalam PDI-P, dan menurut Ibu Megawati, ini bisa menjadi upaya untuk memecah belah partai menjelang kongres nasional,” katanya
Beberapa pengamat telah berspekulasi bahwa ada kemungkinan bahwa, Jokowi mungkin telah atau akan berusaha untuk meluncurkan serangan balik terhadap PDI-P setelah pemecatannya dan anggota keluarganya minggu lalu.
“Jokowi mungkin telah mengambil keuntungan dari faksionalisme dalam PDI-P, jika tidak mengambil alih partai, setidaknya melemahkan faksi saingan dalam partai yang memusuhi dan kritis terhadap Jokowi dan dinasti politiknya,” kata Airlangga Pribadi, dosen ilmu politik di Universitas Airlangga yang berbasis di Surabaya.
“Dengan pengaruh Jokowi yang masih cukup kuat dalam pemerintahan [Pra Prabowo] saat ini, Jokowi dapat membujuk beberapa faksi dalam PDI-P dengan konsesi politik dalam upaya membangun basis setia dalam partai,” kata Airlangga
Megawati juga diharapkan untuk menyatakan apakah partai akan mendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subiato atau terus memainkan peran oposisi. (die)