Jakarta | Militan – Pada hari Rabu (27/11) pukul 4:00 sore, tiga jam setelah pemungutan suara ditutup, pemilih sudah bisa merasakan hasil pemilihan regional.
Dari sudut pandang Koalisi Indonesia Maju (KIM), hasil pemungutan suara mungkin bukan sapuan bersih, tetapi itu sudah cukup bagi koalisi yang berkuasa untuk mengambil putaran kemenangan.
Kabar baik pertama datang dari Jawa Tengah, provinsi medan pertempuran utama dalam pemilihan regional tahun ini.
Sejumlah jajak pendapat telah memproyeksikan bahwa mantan jenderal polisi Muhammad Luthfi, seorang kandidat yang dinominasikan oleh KIM yang memenangkan dukungan mantan presiden Jokowi, akan memenangkan perlombaan dengan 57 persen suara populer.
Saingannya, mantan panglima (TNI) Jenderal Andika Perkasa, yang dinominasikan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan(PDI-P), berada di urutan kedua dengan 40 persen.
Kalahnya Andika di Jawa Tengah, benteng PDI-P, menandai kemunduran lebih lanjut bagi partai nasionalis. Pada bulan Februari melihat kandidat presidennya Ganjar Pranowo dikalahkan oleh menteri pertahanan saat itu Prabowo Subianto.
Di negara tetangga Jawa Timur, KIM bisa mencetak kemenangan lain dengan kandidat gubernurnya Khofifah Indar Parawansa yang diproyeksikan untuk memenangkan perlombaan dengan 58 persen suara.
Mengalahkan kandidat PDI-P mantan menteri urusan sosial Tri Rismaharini, yang mengamankan 32 persen suara.
Di Jawa Barat, koalisi yang berkuasa yang dipimpin oleh Partai Gerindra Presiden Prabowo bahkan mencetak kemenangan yang lebih besar dengan kandidat gubernurnya Dedi Mulyadi.
Mantan walikota Bekasi, yang diproyeksikan mengantongi lebih dari 60 persen suara usai melawan tiga lawan di provinsi terpadat di negara itu.
Di provinsi Banten, partai politik KIM yang tangguh mencetak kemenangan yang tampaknya tidak terpikirkan, mengalahkan anak dari salah satu dinasti politik paling kuat di negara ini.
Hasil penghitungan cepat dari lembaga jajak pendapat utama memproyeksikan bahwa kandidat KIM Andra Soni menerima 58 persen suara, mengungguli Airin Rachmi Diany, mantan walikota Tangerang Selatan yang terkait dengan dinasti politik mantan gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
Kejutan terbesar tentu saja datang dari perlombaan di Jakarta, di mana kandidat PDI-P Pramono Anung Wibowo melawan kandidat KIM Ridwan Kamil.
Pada Rabu (27/11) malam, beberapa perusahaan jajak pendapat memproyeksikan bahwa Pramono akan memenangkan pemilihan dalam satu putaran setelah mendapatkan lebih dari 50 persen suara. Namun beberapa jajak pendapat lainnya menempatkan angkanya pada 49 persen.
Kemenangan Pramono di Jakarta juga bisa menjadi hadiah penghiburan bagi PDI-P, yang setelah kalah dalam pemilihan presiden terakhir.
Apapun hasilnya di Jakarta, itu akan mengarah pada situasi yang menguntungkan bagi koalisi yang berkuasa.
Jika Pramono berakhir sebagai pemenang dalam acara pemungutan suara putaran kedua, KIM dapat merasa nyaman dengan kenyataan bahwa Pramono adalah sosok yang bersahabat dengan pemerintahan Presiden Prabowo.
Dengan hasil ini, Presiden Prabowo pasti akan memiliki tangan yang lebih bebas untuk memerintah dalam lima tahun ke depan.
Hasil jajak pendapat daerah hari Rabu juga merupakan indikasi seberapa besar pengaruh mantan presiden Jokowi dalam politik Indonesia.
Dan tanpa insiden besar yang mengganggu pemungutan suara, kita dapat membayangkan bahwa semua orang senang dengan hasil pemilihan regional hari Rabu 27 November. (die)