Sukabumi | Militan – Pihak berwenang berencana untuk meluncurkan operasi penyemaian awan untuk mengurangi banjir di kabupaten Sukabumi, yang dilanda bencana di Jawa Barat menyusul serangkaian bahaya hidrometeorologi yang melanda daerah tersebut selama beberapa hari terakhir.
Rencana tersebut, yang diumumkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto, setelah pertemuan koordinasi mitigasi bencana di kabupaten pada hari Jumat (6/12) yang bertujuan untuk mengurangi intensitas curah hujan di dalam kabupaten.
“Kami mencoba mengurangi curah hujan di sekitar Sukabumi dengan operasi modifikasi cuaca,” kata Suharyanto pada hari Jumat (6/12)
Selain mencegah lebih banyak banjir dan tanah longsor terjadi, operasi penyemaian awan ini diharapkan dapat membantu tim pencarian dan penyelamatan menemukan orang hilang.
Hujan lebat pada hari Selasa dan Rabu memicu banjir dan tanah longsor yang mempengaruhi 39 kecamatan di seluruh kabupaten.
Setidaknya delapan orang kehilangan nyawa selama bencana, sementara empat orang masih hilang, menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Sukabumi (BPBD) pada hari Sabtu (7/12).
Sebagian besar orang yang tewas dan hilang berasal dari kecamatan Simpenan dan Ciemas, yang merupakan salah satu daerah yang paling terpukul.
Suharyanto mendesak tim pencarian dan penyelamatan gabungan untuk bekerja lebih keras untuk menemukan orang-orang yang hilang. Dia juga mendesak pihak berwenang untuk membangun jembatan sementara untuk membuka akses ke desa-desa yang terputus, mengganti jalan dan jembatan yang rusak akibat banjir dan tanah longsor untuk memungkinkan mereka mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada penduduk desa yang terkena dampak.
Selama pertemuan hari Jumat, Suharyanto juga memerintahkan pihak berwenang untuk mendirikan pos utama di aula kantor kabupaten Sukabumi, serta pos taktis di kecamatan Palabuhanratu untuk membantu mengoordinasikan mitigasi bencana dan distribusi bantuan.
Dia menegaskan bahwa badan bencana nasional akan membantu administrasi lokal dalam mitigasi bencana sampai situasinya dianggap telah membaik.
Kabupaten Sukabumi mengumumkan keadaan darurat pada hari Rabu (4/12) yang akan berlaku selama tujuh hari untuk mengurangi dampak bencana.
Lebih dari 300 orang terkena dampak bencana tersebut.
Mereka berlindung di tempat yang lebih aman, dengan pejabat dari administrasi lokal, serta Unit Tanggap Darurat Bencana Kementerian Urusan Sosial (Tagana) yang memenuhi kebutuhan mereka akan makanan dan obat-obatan.
BNPB juga mendesak otoritas lokal untuk menyiapkan alat berat, pompa air, dan perbekalan lainnya jika situasi memburuk, karena kondisi cuaca tidak dapat diprediksi di kabupaten.
Selain Jawa Barat, operasi penyemaian awan juga diluncurkan di Jakarta selama akhir pekan, ketika ibu kota diperkirakan akan dilanda hujan lebat.
Operasi modifikasi cuaca dilakukan oleh BPBD Jakarta dari Jumat hingga Minggu, serta pada 20 Desember mendatang, kata penjabat gubernur Jakarta Teguh Setyabudi dalam pertemuan dengan badan cuaca pada hari Kamis (5/12).
“Kami juga meminta BMKG untuk berkoordinasi dengan agen bencana setempat mengenai kemungkinan deklarasi status darurat karena potensi hujan lebat yang dihadapi kota pada awal tahun 2020,” ungkap Teguh.
Curah hujan lebat selama Malam Tahun Baru 2020 menyebabkan banjir besar di Jakarta, yang menyebabkan puluhan kematian dan memaksa sekitar 170.000 lainnya melarikan diri dari rumah mereka yang terendam.
Orang-orang mengatakan banjir awal tahun 2020 adalah yang terburuk sejak 2013.
Teguh juga memerintahkan lembaga-lembaga kota untuk waspada jika hujan lebat memicu banjir di kota. (die)