NTT | Militan – Bandara Komodo Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali ditutup sementara setelah imbas abu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Menurut pemberitahuan, Bandara Komodo Labuan Bajo, salah satu bandara tersibuk di wilayah tersebut, telah ditutup hingga pukul 8:00 malam pada hari Sabtu (9/11) mempengaruhi total 30 penerbangan, termasuk 24 pembatalan dan 4 penundaan.
Beberapa bandara lainnya yang terkena dampak ialah Bandara Bajawa, yang ditutup hingga pukul 17:00 sore.
Bandara Frans Sales Lega, tutup hingga pukul 13:00 siang, dan H. Bandara Hasan Ende, tutup hingga Senin (11/11) pukul 6:00 pagi.
Demikian pula, Bandara Seda Fransiskus Xaverius di Maumere akan tetap ditutup hingga Senin pagi juga.
Ceppy Triono, Kepala Unit Manajemen Bandara Komodo Labuan Bajo, mencatat bahwa penutupan diperlukan untuk memastikan keselamatan penerbangan, mengingat pola penyebaran abu saat ini.
“Dengan abu vulkanik yang mempengaruhi seluruh wilayah udara di atas Flores, kami terpaksa menutup bandara sementara sampai situasinya stabil,” kata Triono.
Ia menekankan bahwa penutupan bandara melibatkan koordinasi antara Otoritas Bandara, AirNav, Meteorologi, Climatol-ogy, dan Badan Geofisika (BMKG), dan maskapai penerbangan.
Maria Seran, Kepala Stasiun Meteorologi Komodo, menjelaskan lebih lanjut bahwa data satelit real-time dari BMKG telah mengungkapkan penyebaran abu yang berkelanjutan di wilayah udara Manggarai Barat, yang mengharuskan penutupan pencegahan.
“Abu menyebar lebih jauh ke selatan, mencapai Pulau Sumba dan sebagian Nusa Teng-gara Barat, menimbulkan risiko bagi kesehatan dan penerbangan,” katanya.
BMKG telah menyarankan penduduk di daerah tersebut untuk memakai masker di luar ruangan sebagai tindakan pengamanan terhadap potensi masalah pernapasan yang disebabkan oleh abu vulkanik.
Bandara Komodo Labuan Bajo sebelumnya ditutup pada hari Senin (4/11) dan dibuka kembali secara singkat pada hari Selasa (5/11), dengan penutupan terbaru ini menandai kedua kalinya dalam seminggu.
AirNav Indonesia, bekerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya, untuk terus memantau perkembangan letusan dengan cermat untuk memastikan keselamatan dan keamanan penerbangan di wilayah yang terkena dampak.
“Kami akan bekerja sama dengan otoritas terkait untuk memberikan pembaruan tepat waktu dan memastikan langkah-langkah keamanan yang tepat diterapkan untuk penerbangan di daerah yang terkena dampak,” ujar Hermana.
Rangkaian penutupan dan gangguan ini menggarisbawahi kebutuhan kritis akan kewaspadaan yang meningkat dan tindakan cepat dalam menanggapi aktivitas gunung berapi, karena otoritas NTT terus memprioritaskan kesehatan dan keselamatan penduduk dan pelancong. (die)