Surabaya | Militan – Bermula dari kasus intimidasinya yang viral serta melibatkan anak di bawah umur dan melibatkan pengusaha lokal di Surabaya, Jawa Timur. Kini, kasusnya telah berkembang menjadi penyelidikan terhadap perjudian daring.
Kasus pengusaha Ivan Sugianto, pertama kali muncul setelah sebuah video viral yang memperlihatkan dirinya serta beberapa pria lainnya pergi ke sebuah sekolah menengah di Surabaya, guna mencari seorang siswa yang diduga telah menggertak putranya.
Dalam video tersebut, Ivan terlihat memaksa sang siswa untuk berlutut, meminta maaf dan menggonggong. Karena siswa tersebut dilaporkan mengolok-olok gaya rambut putranya dengan menyamakannya dengan gaya rambut pudel.
Pihak sekolah yang tak terima terkait siswanya yang dipaksa melakukan permintaan maaf disertai dengan menirukan gonggongan anjing itu, lalu mengajukan laporan ke pihak polisi tak lama setelah kejadian tersebut.
Beberapa hari kemudian, video lain beredar yang menunjukkan Ivan meminta maaf secara terbuka kepada siswa yang dia serta keluarganya, sekolah, dan publik.
Ivan juga mengatakan dalam video bahwa dia akan menyerahkan diri ke Kepolisian Surabaya.
Namun sebelum dia menyerahkan diri kepada penegak hukum, penyidik Polisi Surabaya menangkapnya di terminal kedatangan Bandara Internasional Juanda Kamis (14/11) lalu setelah ia tiba di Surabaya dari Jakarta.
Polisi mendakwanya dan mendapat hukuman maksimum 3,5 tahun penjara serta denda Rp 72 juta.
Hari-hari setelah penangkapannya, netizen membagikan foto Ivan dengan seorang polisi berpangkat tinggi serta perwira militer, termasuk berpose di mobil dengan seorang kolonel militer.
Foto yang beredar ialah Ivan tengah selfie dengan Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Surabaya, Kompol Teguh Setiawan.
Terkait gambar-gambar yang beredar tersebut, menimbulkan kekhawatiran dari masyarakat tentang pengecualian hukum.
Juru bicara Tni, Mayor Jenderal Hariyanto, mengatakan fakta bahwa Ivan berteman dengan seorang kolonel tidak akan menghalangi proses hukum.
Sementara juru bicara Polres Jawa Timur Kombes Pol Dirmanto, mengatakan bahwa penyelidik tetap fokus untuk memecahkan kasus yang ada.
Ivan kini menghadapi pengawasan yang meningkat, setelah Pusat Laporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) membekukan sekitar selusin rekening bank yang dimilikinya karena aktivitas mencurigakan yang berkaitan dengan perjudian daring.
“Kami masih menganalisis akun dan meneruskan hasilnya ke penyidik polisi” kata juru bicara PPATK, Natsir Kongah, pada hari Rabu (20/11).
Kasus ini mendapat perhatian yang lebih luas, sejak anggota parlemen NasDem Ahmad Sahroni, mengunjunginya di markas Polisi Surabaya pada hari Minggu (17/11).
Setelah pertemuannya, Sahroni, yang juga merupakan wakil ketua Komisi Dewan Perwakilan Rakyat III yang mengawasi penegakan hukum, mendesak polisi untuk menyelidiki kasus intimidasi serta temuan PPATK.
Sahroni juga menyarankan semua orang tua untuk lebih praktis dalam mencegah anak-anak mereka menggertak teman sebayanya.
Laporan transaksi mencurigakan yang melibatkan rekening bank Ivan muncul di tengah tindakan keras pemerintah yang meningkat terhadap perjudian daring, yang ilegal di Indonesia.
Dalam beberapa minggu terakhir, polisi telah menangkap puluhan influencer media sosial serta sektor swasta dan pekerja pemerintah.
Diantaranya dari dalam Kementerian Komunikasi dan Digital, atas dugaan keterlibatan mereka dalam jaringan perjudian online.
Pemerintah mengalihkan perhatiannya ke media sosial, mendesak platform seperti X, Telegram, Google, Meta, dan TikTok untuk mengambil sikap yang lebih proaktif dengan memblokir akses ke situs web perjudian ilegal.
Pihak berwenang saat ini sedang mempertimbangkan untuk mengeluarkan sanksi jika platform gagal menghalangi akses ke konten ilegal.
Pengamat mengatakan bahwa mengancam perusahaan dengan sanksi seperti memblokirnya, bukanlah cara paling efektif untuk membuat perusahaan teknologi bekerja sama. (die)