Jakarta | Militan – Pemerintah bertujuan untuk memangkas kuota impor tahun depan untuk jagung, garam, dan gula sebagai bagian dari dorongan yang lebih besar bagi industri Indonesia untuk menggunakan lebih banyak industri di dalam negeri.
Menteri Koordinator Pangan, Zulkifli Hasan mengatakan kuota impor tahun 2025 untuk tiga komoditas akan jauh lebih rendah daripada permintaan yang diproyeksikan dari industri lokal.
Zulkifli mengatakan bahwa sementara perkiraan permintaan untuk jagung industri tahun ini adalah antara 1,6 juta dan 1,7 juta ton, pemerintah berencana untuk menetapkan kuota impor jagung tahun depan hanya 900.000 ton.
“Kita harus memaksakan diri untuk meningkatkan kualitas produksi jagung domestik kita sehingga dapat diserap oleh industri domestik,” katanya pada hari Senin (9/12) selama pertemuan koordinasi keseimbangan komoditas pangan di kantornya.
Dia menambahkan bahwa pemerintah masih akan mengizinkan impor garam industri untuk dua tahun ke depan, tetapi dengan kuota yang berkurang.
Zulkifli mengatakan kuota impor garam industri untuk industri klor-alkali akan menjadi 1,7 juta ton pada tahun 2025, atau 68 persen dari permintaan yang diproyeksikan sebesar 2,5 juta ton.
“Kami meminta sisanya untuk mengolah garam sehingga juga dapat digunakan untuk industri. Kami akan mencoba bekerja keras selama dua tahun ke depan dalam memproduksi garam industri di dalam negeri” katanya.
Zulkifli mengakui bahwa produsen lokal perlu memproduksi garam dengan kemurnian tinggi yang dibutuhkan oleh industri klor-alkali untuk diproses lebih lanjut, tetapi menyatakan keyakinan bahwa negara ini dapat menjadi mandiri dalam garam, termasuk garam industri.
“Ya, ya, kami akan memberikan upaya terbaik. Kami berhasil membuat pesawat terbang, bagaimana kami bisa tidak membuat garam? Kita bisa,” katanya.
Untuk gula industri, Zulkifli mengatakan pemerintah telah menetapkan kuota impor sebesar 3,45 juta ton, lebih rendah dari kuota rata-rata yang ditetapkan pada tahun-tahun sebelumnya yang berkisar antara 5 juta hingga 6 juta ton per tahun.
“Industri ini masih mengimpor gula, karena kami belum mampu menghasilkan gula industri,” ujarnya.
Pada tahun 2024, permintaan industri untuk gula mentah impor mencapai 4,77 juta ton, dimana 3,46 juta ton dialokasikan untuk diproses menjadi gula kristal olahan di dalam negeri, menurut data dari Kementerian Perindustrian.
1,24 juta ton lainnya dialokasikan untuk gudang terikat (KB) dan kemudahan impor untuk tujuan ekspor (KITE), sementara 75.000 ton sisanya dialokasikan untuk sektor bumbu, menurut Direktur Jenderal Agro-industri Kementerian Industri Putu Juli Ardika.
Dalam pidato pelantikannya, Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa Indonesia dapat mencapai swasembada pangan dan bahkan menjadi gudang makanan global dalam empat hingga lima tahun, target mantan presiden Joko
Widodo telah mencoba untuk mencapai tetapi gagal.
Dari Januari hingga September tahun ini, Statistik Indonesia (BPS) melaporkan masuknya impor komoditas makanan utama yang signifikan, termasuk beras, gula, kedelai, dan jagung. Impor beras saja berjumlah 3,23 juta ton, diikuti oleh gula sebesar 3,66 juta ton, kedelai sebesar 2,16 juta ton dan jagung sebesar 970.000 juta ton.
Dibandingkan dengan volume impor dalam sembilan bulan pertama tahun 2023, beras melonjak 80,68 persen, kedelai 15,64 persen, dan jagung 44,97 persen, menyoroti ketergantungan negara yang berkelanjutan untuk mengimpor komoditas ini untuk memenuhi permintaan domestik. (die)