Depok | Militan.co.id- kota yang berbatasan langsung dengan Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Bogor—mungkin sudah dikenal sebagai salah satu wilayah strategis di Jabodetabek dengan populasi lebih dari dua juta jiwa. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa nama Depok sebenarnya merupakan singkatan dari istilah berbahasa Belanda, yaitu De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen yang berarti “Organisasi Kristen Protestan Pertama”.
Sejarah ini tak lepas dari peran Cornelis Chastelein, seorang pegawai Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang berjasa besar dalam membangun Depok sebagai komunitas Kristen Protestan. Chastelein, yang memulai kariernya di VOC pada usia 20-an, dikenal sebagai sosok cerdas yang mampu mengelola keuangannya dengan baik. Berkat gajinya yang besar, ia berhasil membeli sejumlah lahan strategis di sekitar Batavia, termasuk kawasan yang kini dikenal sebagai Depok.
Pada tahun 1693, Chastelein membeli tanah pertamanya di Weltevreden (sekarang Gambir) untuk perkebunan tebu. Dua tahun kemudian, ia pensiun dari VOC dan membeli tanah di Serengseng (sekarang Lenteng Agung). Di sana, ia membangun rumah besar dan membawa 150 budaknya, yang kebanyakan berasal dari luar Jawa.
Yang menarik, Chastelein memiliki pandangan yang berbeda terhadap para budaknya. Sebagai seorang Kristen yang taat, ia menghormati hak asasi manusia dan membebaskan semua budaknya. Bekas budak tersebut kemudian diberdayakan untuk mengelola rumah besar dan perkebunan di Serengseng, Mampang, serta Depok. Tanaman seperti tebu, lada, pala, dan kopi yang mereka kelola menjadikan Chastelein salah satu orang terkaya di Batavia.
Sementara itu, wasiat yang mengubah sejarah, tiga bulan sebelum wafat pada 28 Juni 1714, Chastelein membuat wasiat penting. Ia membagi hartanya tidak hanya kepada keluarganya, tetapi juga kepada para bekas budaknya. Ia ingin mereka mandiri dan sejahtera. Lebih dari itu, ia menetapkan agar tanah miliknya menjadi pusat penyebaran agama Kristen.
Dari sinilah lahir komunitas De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen yang kemudian menjadi cikal bakal nama Depok. Para anggota komunitas ini atau keturunannya dikenal sebagai “Belanda Depok”.
Depok di era modern
seiring waktu, Depok tetap menjadi nama wilayah hingga era modern. Namun, interpretasi baru mengenai nama Depok bermunculan. Salah satu versi populer adalah “Daerah Permukiman Orang Kota”. Meski begitu, sejarah panjang nama Depok sebagai singkatan dari komunitas Kristen Protestan tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kota ini.
Hingga kini, Depok tidak hanya menyimpan jejak masa lalu yang kaya, tetapi juga terus berkembang menjadi salah satu kota penting di Indonesia. (Rn)