Jakarta | Militan – Usulan Badan Transportasi Jakarta untuk menghilangkan rute Koridor 1 Blok M-Kota Transjakarta karena tumpang tindih dengan angkutan cepat Jakarta (MRT) Garis Utara-Selatan telah memicu oposisi dari publik.
Rute Koridor 1 membentang di sepanjang Jl. Sudirman dan Jl. MH Thamrin, dua jalan utama di pusat ekonomi dan pemerintahan Jakarta, membentuk apa yang dikenal sebagai “Segitiga Emas” kota bersama dengan Jl. HR Rasuna Said.
Melayani lebih dari 20 pemberhentian, rute ini mencakup Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Jakarta Barat.
Seorang penumpang mengatakan bahwa dia lebih suka tarif Transjakarta dinaikkan menjadi Rp 5.000 daripada menghentikan rute tersebut.
“Meningkatkan tarif menjadi Rp 5.000 cukup masuk akal karena naik angkot [minivan umum] sudah berharga Rp 5.000. Itu lebih baik daripada menghentikan rute,” katanya.
Penumpang lain, seorang siswa dari Petukangan, Jakarta Selatan, mengatakan bahwa rute Blok M-Kota Transjakarta adalah moda transportasi utamanya untuk kegiatan sekolah dan rekreasi.
“Saya tidak setuju dengan penghapusan Koridor Transjakarta 1 karena, secara pribadi rute Blok M-Kota cukup strategis. Ini nyaman, tidak memerlukan transfer dan merupakan rute langsung,” katanya.
Rencana untuk menghentikan rute tersebut juga mendapat kritik dari ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Ki Darmaningtyas.
Dia mengatakan bahwa MRT tidak dapat menggantikan Transjakarta, karena dua moda transportasi melayani demografi penumpang yang berbeda dan memiliki struktur tarif yang berbeda.
“Dari perspektif sosial-ekonomi, penumpang MRT umumnya termasuk dalam kelas sosial-ekonomi yang lebih tinggi. Ini terbukti dari penampilan fisik mereka, pakaian yang mereka kenakan, parfum yang mereka gunakan dan tas yang mereka bawa,” kata Darmaningtyas dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (21/12).
“Kedua, mengenai tarif, MRT secara signifikan lebih mahal karena dihitung berdasarkan jarak yang ditempuh.” imbuhnya
Misalnya, perjalanan di rute MRT dari Lebak Bulus ke Bundaran HI berharga Rp 14.000, sedangkan tarif Transjakarta saat ini hanya Rp 3.500.
Darmaningtyas lebih lanjut menambahkan bahwa Koridor 1 adalah tulang punggung sistem angkutan cepat bus karena terhubung ke berbagai koridor Transjakarta lainnya dan rute cabang, memungkinkan transit yang mulus untuk penumpang.
Koridor yang terhubung, misalnya adalah Koridor 2, 3, 4, 6, 8, 9, 12 dan 13, sementara rute cabang termasuk 1A, 1C, 3H, 4K, SA, 6B, 7B dan 8C.
Darmaningtyas juga mengatakan bahwa menghapus Koridor 1 hanya akan menyebabkan peningkatan penggunaan kendaraan pribadi, terutama sepeda motor.
“Daripada menghapus Koridor 1, agen transportasi harus memikirkan bagaimana mengalihkan pengguna mobil pribadi ke transportasi umum, terutama ke MRT,” katanya.
Rencana untuk menghentikan Koridor Transjakarta 1 Rute Blok M-Kota pertama kali diungkapkan oleh kepala Badan Transportasi Jakarta Syafrin Liputo pada hari Jumat (20/12).
Dia mengatakan rute itu akan dihilangkan setelah MRT Jalur Utara-Selatan yang menghubungkan Lebak Bulus ke Kota Tua terhubung sepenuhnya untuk mengurangi tumpang tindih layanan.
Rencana tersebut diharapkan dapat dilaksanakan pada tahun 2029.
“Unit bus akan dialihkan untuk mengisi celah layanan di tempat lain. Hal yang sama akan berlaku untuk layanan lainnya yang akan tumpang tindih dengan transportasi kereta api,” katanya. (die)