Lebanon | Militan – Kapal perang Angkatan Laut Indonesia KRI Sultan Iskandar Muda membawa 120 personel meninggalkan Jakarta pada hari Kamis (19/12) untuk bergabung dengan Satuan Tugas Maritim (MTF) di bawah Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL).
Dikenal sebagai Kontingen Garuda (Konga) XXVII-P, MTF dipimpin oleh Letnan Angkatan Laut, Kolonel Anugerah Annurullah dan akan menggantikan Konga XXVIII-O sebelumnya di atas kapal KRI Diponegoro.
Personel MTF ditugaskan untuk melaksanakan mandat Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang melibatkan pemantauan kegiatan maritim dan berkolaborasi dengan Angkatan Laut Lebanon untuk memblokir penyelundupan senjata ilegal ke Lebanon melalui laut.
Selain itu, gugus tugas telah dipercayakan untuk membantu Angkatan Laut Lebanon dalam meningkatkan kemampuannya untuk mengelola tugasnya secara mandiri dan otonom di perairan teritorial Lebanon.
Di dermaga Komando Pengangkutan Laut Militer (Kolinlamil) di Jakarta, personel helm biru menerima pengarahan dari Kepala Staf Angkatan Laut Indonesia Adm.
Muhammad Ali, yang mengingatkan mereka akan eskalasi konflik bersenjata yang sedang berlangsung di Lebanon.
“Mengembangkan komunikasi yang aktif dan efektif dalam diplomasi. Kumpulkan informasi sebanyak mungkin, dan perbarui data sesering mungkin. Ingat, area misi di Lebanon adalah zona konflik yang saat ini sedang dalam kekacauan,” kata Ali.
Ali juga mengingatkan semua personel gugus tugas bahwa mereka harus selalu menjaga martabat mereka, menghormati adat istiadat setempat dan cepat beradaptasi dengan masyarakat.
“Angkatan Laut Indonesia telah menyiapkan personel dan material serta kru KRI Sultan Iskandar Muda telah menjalani pelatihan pra-tugas sehingga kru diharapkan terampil dalam mengantisipasi semua ancaman yang mungkin muncul selama pelayaran dan selama penempatan di Laut Mediterania,” kata Ali, seperti dikutip oleh siaran pers yang dikeluarkan oleh Angkatan Laut.
“Kami juga telah memenuhi semua logistik dalam persenjataan dan makanan. Semuanya telah dipersiapkan untuk tugas satu tahun.” tambahnya
Ali juga mengatakan bahwa semua kru memahami rencana kontinjensi dengan selalu berkoordinasi dengan UNIFIL, markas Militer Indonesia (TNI) dan markas Angkatan Laut.
“Penugasan ini adalah misi khusus karena Anda bukan hanya duta besar bangsa, tetapi juga diplomat Militer Indonesia di forum global,” kata Agus dalam pidato tertulis yang dibacakan oleh Inspektur Jenderal TNI Letnan Jenderal. Muhammad Saleh Mustafa.
Agus juga mengingatkan personel bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh tentara Indonesia di luar negeri mencerminkan citra negara, termasuk militer.
Dari Jakarta, KRI Sultan Iskandar menuju ke Batam, Kepulauan Riau, sebelum melanjutkan perjalanannya melalui Kolombo di Sri Lanka dan Salalah di Oman sebelum memasuki Terusan Suez dan tiba di Port Said, Mesir.
Korvet kelas Diponegoro dijadwalkan tiba di Beirut pada pertengahan Januari.
Personel gugus tugas yang terdiri dari 120 orang terdiri dari 105 awak kapal dan 15 personel pendukung, yang terdiri dari pilot, insinyur penerbangan, petugas kesehatan, petugas intelijen, petugas psikologis, petugas informasi, operasi pasukan khusus Komando Frogman dan penyelam.
Juga termasuk dalam gugus tugas adalah AS565 MBe Helikopter medium Panther.
Dalam pengembangan terpisah, Konga XX VIII-O, dipimpin oleh Letnan Angkatan Laut. Kolonel Wirastyo Haprabu, menerima Medali Angkatan Bersenjata Lebanon pada 11 Desember menjelang akhir tur tugasnya.
Medali itu diberikan oleh komandan Angkatan Laut LAF Adm. Haissam Dannaoui di Dermaga Empat di Beirut, dengan kehadiran Duta Besar Indonesia untuk Beirut Hajriyanto Y. Thohari, petinggi Angkatan Laut LAF dan perwira staf dari berbagai gugus tugas UNIFIL.
Medali LAF adalah penghargaan dari kontribusi orang Indonesia, dedikasi, komitmen, dan keberhasilan gugus tugas MTF bekerja sama dengan Angkatan Laut LAF untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan keamanan di sekitar Laut Mediterania, terutama di perairan teritorial Lebanon. (die)