Jakarta | Militan – Indonesia siap untuk mengevakuasi tambahan 97 warganya dari Damaskus setelah kedatangan 37 orang yang kembali ke Jakarta pada hari Kamis (12/12).
Kementerian Luar Negeri, mengatakan bahwa pemerintah terus berkomunikasi secara intensif dengan berbagai pemangku kepentingan dikarenakan Suriah tengah menghadapi hari-hari yang tidak pasti ke depannya.
Evakuasi dilakukan melalui darat dari Damaskus ke ibu kota Lebanon Beirut, sebelum dilanjutkan dengan penerbangan komersial menuju Jakarta.
“Pemerintah telah mengambil beberapa tindakan perlindungan, termasuk membangun komunikasi intensif dengan institusi terkait, menyelesaikan rencana kontinjensi untuk evakuasi dan menyelenggarakan pertemuan hibrida dengan warga,” kata Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Judha Nugraha pada hari Jumat (13/12).
“Kementerian Luar Negeri dan perwakilan Indonesia di Damaskus terus mengumpulkan data tentang orang Indonesia yang bersedia dievakuasi,” lanjutnya.
Pada Kamis (12/12) malam, 35 warga negara Indonesia dan 2 pejabat kedutaan dari Suriah tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, menjadi kelompok pengungsi pertama yang kembali ke rumah setelah jatuhnya kepemimpinan Bashar al-Assad secara tiba-tiba awal pekan ini.
Warga negara Indonesia, yang dibantu oleh tim gabungan yang terdiri dari Militer Indonesia (TNI), Badan Intelijen Indonesia (BIN) dan Kementerian Luar Negeri, tiba dalam tiga penerbangan komersial terpisah, dan kemudian akan kembali ke kampung halaman mereka masing-masing Di Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat dan Lampung.
“Saat ini, 97 warga Indonesia telah mengindikasikan kesediaan mereka untuk dievakuasi, tetapi jumlah ini mungkin berfluktuasi. Pola evakuasi akan disesuaikan sesuai dengan dinamika di darat, terutama rute dari Damaskus ke Beirut,” kata Judha.
Masih belum jelas kapan gelombang evakuasi kedua, dan berapa putaran akan terjadi.
Negara-negara telah mulai mengevakuasi warganya sejak awal minggu ini karena ketidakpastian di Suriah, dengan kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) sekarang mengendalikan negara itu setelah mengklaim kota-kota utamanya termasuk ibu kota Damaskus.
Turki, misalnya, dilaporkan telah membantu lebih dari 2.000 warga negara asing dari 21 negara untuk keluar dari Suriah sejak minggu lalu, dengan Ankara memberikan dukungan logistik darat dan militer untuk memastikan keselamatan orang asing.
Pemerintah Indonesia, sejak hari Minggu, telah berkomunikasi secara intensif dengan para pejabatnya di Damaskus untuk memastikan keselamatan 1.162 warganya, yang sebagian besar adalah pekerja migran yang tinggal di ibu kota.
Administrator lokal Suriah juga telah bekerja sama erat dengan beberapa kedutaan besar, termasuk Indonesia, untuk memastikan koridor yang aman menuju perbatasan untuk tujuan evakuasi.
Evakuasi warga negara Indonesia dari zona konflik hanya dilakukan atas dasar konsensus, dan banyak yang menolak pemulangan biasanya karena pernikahan lokal.
Di tengah kemungkinan besar beberapa orang Indonesia memilih untuk tetap berada di Suriah.
“Kementerian Luar Negeri terus mendesak warga negara Indonesia untuk tetap siaga tinggi, menghindari lokasi yang berisiko atau kerumunan besar, dan menjaga jalur komunikasi yang erat dengan kedutaan besar di Damaskus,” kata Kementerian Luar Negeri. (die)