Jakarta | Militan – Baik GoTo dan Grab, mengenakan tarif tetap yang direkomendasikan pemerintah sebesar Rp 15.000 per makanan dan mengintegrasikan platform digital untuk memfasilitasi pesanan setiap hari.
Homegrown GoTo Gojek Tokopedia (GoTo) dan Grab yang berbasis di Singapura, telah meluncurkan program percontohan yang bertujuan menyediakan layanan untuk program makanan bergizi gratis unggulan Presiden Prabowo Subianto.
Memanfaatkan platform mereka untuk merampingkan distribusi ke jutaan siswa di seluruh negeri.
GoTo telah bermitra langsung dengan bisnis kecil lokal, sementara Grab telah memberikan fleksibilitas bagi sekolah untuk memilih pedagang pilihan mereka.
“Program percontohan Go To sepenuhnya terintegrasi dengan aplikasi, mulai dari penjadwalan hingga pemesanan makanan”menurut Ade Mulya, kepala kebijakan publik dan hubungan pemerintah di Go To.
Perusahaan bekerja secara langsung dengan usaha kecil dan menengah (UKM) di dekat sekolah untuk menyiapkan makanan, merampingkan proses pemesanan melalui aplikasi Gojek dan dompet digital GoPay.
“Seluruh proses diotomatisasi melalui fitur di aplikasi Gojek, memastikan jumlah porsi yang tepat untuk siswa yang memenuhi syarat,” katanya pada hari Senin (25/11).
Ade menambahkan bahwa makanan dikirim oleh pengemudi GoTo di bawah standar kontrol kualitas yang ketat dan dengan persetujuan departemen kesehatan dan pendidikan setempat.
GoTo telah meluncurkan program percontohan pengiriman makanan gratis di 13 kota dan kabupaten, termasuk Bogor, Jakarta Timur, Bekasi, Bandung, Surakarta, Semarang, Surabaya, Malang, Medan, Makassar, Banjarmasin, Pekanbaru dan Palembang. Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh perusahaan pada 10 November.
Program ini, bagian dari pekerjaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) GoTo, dengan memulai fase uji cobanya pada 20 Mei serta melayani 10.000 siswa di 31 sekolah, dengan target mendistribusikan sekitar 3 juta makanan.
Program makanan bergizi gratis bertujuan untuk memerangi stunting dan kekurangan gizi masa kanak-kanak serta menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, dengan memberi makan sekitar 82,9 juta orang, termasuk anak-anak hingga kelas 12, guru, wanita hamil dan bayi.
Pemerintah berencana untuk meluncurkan program secara bertahap, mencapai cakupan penuh pada tahun 2029. Pada saat itu, skema tersebut diperkirakan menelan biaya US$30 miliar per tahun, setara dengan 12 persen dari anggaran negara bagian 2024 dan sekitar 2 persen dari PDB negara saat ini.
Sementara itu, Grab Indonesia bermitra dengan sekolah untuk memilih pedagang lokal dan memfasilitasi pesanan melalui saluran Grab For Business di aplikasinya.
Menurut Tirza Munusamy, kepala urusan publik di Grab Indonesia, Grab sepenuhnya mendelegasikan pemilihan mitra pedagang makanan ke sekolah dan mengharuskan mereka membeli voucher untuk melakukan pemesanan. Sehingga lebih mudah untuk memantau dan menjadwalkan pesanan.
Mitra UKM mendapatkan pesanan dan jadwal pengiriman sesuai dengan voucher.
“Makanan dikirim oleh mitra pengemudi kami berdasarkan pesanan terjadwal. Kami tetap berkoordinasi erat dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mendukung keberhasilan program ini,” kata Tirza.
“Program Grab juga mencakup penilaian nutrisi dan studi dampak sosial ekonomi” imbuhnya.
Program makanan gratis Grab, diluncurkan dengan dompet digital OVO, sedang dalam uji coba 90 hari di tiga wilayah: Kulon Progo di Yogyakarta, Kebumen di Jawa Tengah dan Langowan di Sulawesi Utara. Ini akan berjalan hingga Desember. (die)